Rabu, 28 September 2011

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN KB

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
DENGAN KB

Definisi 
KB adalah pengaturan kelahiran , pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk keluarga kecil, bahagia, ses hat dan sejahtera .

Keluarga Berendana adalah usaha untuk mengontrol jumlah dan jarak antara kelahiran anak

Jenis-jenis KB
1)         Kontrasepsi oral (pil KB)
Pil KB mengandung hormon, baik dalam bentuk kombinasi progestin dengan estrogen atau progestin saja.
Pil KB mencegah kehamilan dengan cara menghentikan ovulasi (pelepasan sel telur oleh ovarium) dan menjaga kekentalan lendir servikal sehingga tidak dapat dilalui oleh sperma.
Tablet yang hanya mengandung progestin sering menyebabkan perdarahan tidak teratur. Tablet ini hanya diberikan jika pemberian estrogen bisa membahayakan, misalnya pada wanita yang sedang menyusui.
Pil kombinasi ada yang memiliki estrogen dosis rendah dan ada yang mengandung estrogen dosis tinggi.
Estrogen dosis tinggi biasanya diberikan kepada wanita yang mengkonsumsi obat tertentu (terutama obat epilepsi).

Keuntungan pemakaian pil KB adalah mengurangi:
·         Resiko kanker jenis tertentu
·          Angka kekambuhan kram pada saat menstruasi
·          Ketegangan premenstruasi
·          Perdarahan tidak teratur
·          Anemia
·          Kista payudara
·          Kista ovarium
·          Kehamilan ektopik (kehamilan di luar kandungan)
·          Infeksi tuba falopii.

Sebelum mulai menggunakan pil KB, dilakukan pemeriksaan fisik untuk meyakinkan bahwa tidak ada masalah kesehatan yang bisa menimbulkan resiko. Jika wanita tersebut atau keluarga dekatnya ada yang menderita diabetes atau penyakit jantung, biasanya dilakukan pemeriksaan darah untuk mengukur kadar kolesterol dan gula darah. Jika kadar kolesterol atau gula darahnya tinggi, maka diberikan pil KB dosis rendah. 3 bulan setelah pemakaian pil KB, dilakukan pemeriksaan ulang untuk mengetahui adanya perubahan tekanan darah. Selanjutnya pemeriksaan dilakukan 1 kali/tahun.



Pil KB sebaiknya tidak digunakan oleh:
a.       Wanita yang merokok dan berusia diatas 35 tahun
b.      Wanita penderita penyakit hati aktif atau tumor
c.        Wanita yang memiliki kadar trigliserida tinggi d. Wanita penderita tekanan darah tinggi yang tidak diobati
d.       Wanita penderita diabetes yang disertai penyumbatan arteri
e.        Wanita yang memiliki bekuan darah
f.        Wanita yang tungkainya sedang digips
g.        Wanita penderita penyakit jantung
h.       Wanita yang pernah menderita stroke
i.         Wanita yang pernah menderita penyakit kuning pada saat kehamilan
j.         Wanita penderita kanker payudara atau kanker rahim.

Pengawasan harus dilakukan jika pil KB digunakan oleh:
a.       Wanita yang mengalami depresi
b.      Wanita yang sering mengalami sakit kepala migren
c.        Wanita yang merokok tetapi berusia dibawah 35 tahun
d.       Wanita yang pernah menderita hepatitis atau penyakit hari lainnya tetapi telah sembuh total.

Pemakaian pil KB setelah kehamilan
Resiko terbentuknya bekuan darah di tungkai meningkat setelah kehamilan dan akan semakin meningkat jika wanita tersebut memakai pil KB.  Jika menstruasi terakhir terjadi dalam waktu kurang dari 12 minggu setelah persalinan, maka pil KB bisa langsung digunakan. Jika menstruasi terakhir terjadi dalam waktu 12-28 minggu, maka harus menunggu 1 minggu sebelum pil KB mulai digunakan, sedangkan jika menstruasi terakhir terjadi dalam waktu lebih dari 28 minggu, harus menunggu 2 minggu sebelum pil KB mulai digunakan.

Wanita yang menyusui biasanya tidak mengalami ovulasi sampai 10-12 minggu setelah persalinan, tetapi mereka bisa mengalami ovulasi dan hamil sebelum terjadinya menstruasi pertama. Karena itu, ibu yang menyusui sebaiknya menggunakan pil KB jika tidak ingin hamil.
Pil kombinasi yang diminum oleh ibu menyusui bisa mengurangi jumlah air susu dan kandungan zat lemak serta protein dalam air susu. Hormon dari pil terdapat dalam air susu sehingga bisa sampai ke bayi. Karena itu untuk ibu menyusui sebaiknya diberikan tablet yang hanya mengandung progestin, yang tidak mempengaruhi pembentukan air susu.
Pil KB yang diminum segera setelah terjadinya pembuahan atau pada awal kehamilan (sebelum wanita tersebut mengetahui bahwa dia hamil) tidak akan membahayakan janin.

Efek   samping  pil  KB 
Ø  Perdarahan tidak teratur. Sering terjadi pada beberapa bulan pertama pemakaian pil KB, jika tubuh telah menyesuaikan diri dengan hormon biasanya perdarahan abnormal akan berhenti.
Ø   Beberapa bulan setelah berhenti menggunakan pil KB, mungkin tidak akan terjadi menstruasi, tetapi obat ini tidak menyebabkan berkurangnya kesuburan secara permanen.
Ø   Efek samping yang berhubungan dengan estrogen adalah mual, nyeri tekan pada payudara, perut kembung, penahanan cairan, peningkatan tekanan darah dan depresi.
Ø  Efek samping yang berhubungan dengan progestin adalah penambahan berat badan, jerawat dan kecemasan. Penambahan berat badan sebanyak 1,5-2,5 kg biasanya terjadi akibat penahanan cairan dan mungkin karena meningkatnya nafsu makan.
Ø  Bekuan darah diperkirakan 3-4 kali lebih sering terjadi pada pemakaian pil KB dosis tinggi.
Jika secara tiba-tiba timbul nyeri dada atau nyeri tungkai, pemakaian pil KB harus segera dihentikan dan segera memeriksakan diri karena gejala tersebut mungkin menunjukkan adanya bekuan darah di dalam vena tungkai dan kemungkinan sedang menuju ke paru-paru.
Pil KB dan pembedahan menyebabkan meningkatnya resiko pembentukan bekuan darah, sehingga 1 bulan sebelum menjalani pembedahan pemakaian pil harus dihentikan dan baru mulai dipakai lagi 1 bulah setelah pembedahan.
Ø  Mual dan sakit kepala.  g. 1-2% wanita pemakai pil KB mengalami depresi dan kesulitan tidur.
Ø  Melasma (bercak-bercak berwarna gelap di wajah).  Jika terkena sinar matahari, bercak semakin gelap. Melasma akan menghilang secara perlahan setelah pemakaian pil KB dihentikan.
Ø   Resiko terjadinya kanker leher rahim tampaknya meningkat, terutama jika pil KB telah dipakai selama lebih dari 5 tahun. Karena itu wanita pemakai pil KB harus rutin menjalani pemeriksaan Pap smear (minimal 1 kali/tahun).  Di lain fihak, wanita pemakai pil KB memiliki resiko kanker ovarium ataupun kanker rahim yang lebih rendah.  

Interaksi pil KB dengan obat lain
Pil KB tidak berpengaruh terhadap obat lain, tetapi obat lain (terutama obat tidur dan antibiotik) bisa menyebabkan berkurangnya efektivitas dari pil KB. Wanita pemakai pil KB bisa hamil jika secara terus menerus mengkonsumsi antibiotik (misalnya rifampin, penisilin, ampisilin, tetrasiklin atau golongan sulfa). Ketika mengkonsumsi antibiotik tersebut, selain pil KB sebaiknya ditambah dengan menggunaka kontrasepsi penghalang (misalnya kondom atau diafragma).
Oba anti-kejang (fenitoin dan fenobarbital) bisa menyebabkan meningkatkan perdarahan abnormal pada wanita pemakai pil KB.  Untuk mengatasi hal ini, kepada wanita penderita epilepsi yang mengkonsumsi anti-kejang perlu diberikan pil KB dosis tinggi.

2)            Kontrasepsi implant
Kontrasepsi implan adalah kapsul plastik yang mengandung progestin, yang bekerja dengan cara mencegah ovulasi dan menghalangi masuknya sperma melalui lendir serviks yang kental.
6 kapsul dimasukkan ke bawah kulit lengan atas. Setelah diberi obat bius, dibuat sayatan dan dengan bantuan jarum dimasukkan kapsul implan. Tidak perlu dilakukan penjahitan.
Kapsul ini melepaskan progestin ke dalam aliran darah secara perlahan dan biasanya dipasang selama 5 tahun.
Interaksi dengan obat lain jarang terjadi karena implan tidak mengandung estroggen.
Efek samping yang utama adalah perdarahan tidak teratur atau sama sekali tidak terajdi menstruasi.
Efek samping lainnya adalah sakit kepala dan penambahan berat badan.  Kapsul implan tidak larut dalam tubuh sehingga setelah 5 tahun harus dilepaskan. Segera setelah implan dilepas, fungsi ovarium akan kembali normal dan wanita pemakai implan kembali menjadi subur

3)            Kontrasepsi suntikan 
Medroksiprogesteron (sejenis progestin) disuntikkan 1 kali/3 bulan ke dalam otot bokong atau lengan atas. Suntikan ini sangat efektif tetapi bisa mengganggu siklus menstruasi. Sepertiga pemakai KB suntik tidak mengalami menstruasi pada 3 bulan setelah suntikan pertama dan sepertiga lainnya mengalami perdarahan tidak teratur dan spotting (bercak perdarahan) selama lebih dari 11 hari setiap bulannya. Semakin lama suntikan KB dipakai, maka lebih banyak wanita yang tidak mengalami menstruasi tetapi lebih sedikit wanita yang mengalami perdarahan tidak teratur. Setelah 2 tahun memakai suntikan KB, sekitar 70% wanita sama sekali tidak mengalami perdarahan.

Jika pemakaian suntikan KB dihentikan, siklus menstruasi yang teratur akan kembali terjadi dalam waktu 6 bulan-1 tahun.  Efeknya berlangsung lama, sehingga kesuburan mungkin baru kembali 1 tahun setelah suntikan dihentikan, tetapi medroksiprogesteron tidak menyebabkan kemandulan permanen.  Suntikan KB bisa menyebabkan penambahan berat badan yang sifatnya ringan. Setelah pemakaian dihentikan, bisa terjadi osteoporosis yang bersifat sementara.

Medroksiprogesteron tidak menyebabkan meningkatnya resiko terhadap berbagai kanker (termasuk kanker payudara), tetapi mengurangi resiko terjadinya kanker rahim.
Keuntungan memakai KB suntik:
v  Cocok untuk mencegah kehamilan atau menjarangkan kehamilan dalam jangka panjang dan kesuburan dapat pulih kembali
v  Tidak terpengaruh "faktor lupa" dari pemakai (tidak seperti memakai PIL KB)
v  Tidak mengganggu hubungan suami istri
v  Dapat dipakai segala umur pada masa reproduktif
v  Tidak mengganggu laktasi (menyusui), baik dari segi kuantitas maupun kualitas
v  Dapat dipakai segera setelah masa nifas
v  Meningkatkan kenyamanan hubungan suami-istri karena rasa aman terhadap risiko kehamilan
v  Dapat dipakai segera setelah keguguran
v  Membantu mencegah terjadinya kehamilan di luar kandungan
v  Membantu mencegah kanker endometrium (rahim)
v  Membantu mencegah kejadian mioma uteri (tumor jinak rahim)
v  Mungkin dapat mencegah kanker indung telur (ovarium)
v  Mengurangi kejadian anemi kekurangan zat besi
v  Khusus untuk penderita epilepsi mengurangi kejadian kejang.
Kekurangan KB suntikan: Kekurangan KB Suntikan: Efek sampingya terhadap siklus haid (menstruasi) sering "tidak menyenangkan" , namun tidak berbahaya dan bukan tanda kelainan/penyakit ; perubahan pola haid biasanya pada tahun pertama pemakaian yakni :
v  Perdarahan bercak , dapat lama
v  Jarang terjadi perdarahan yang banyak
v  Tidak dapat haid (sering setelah pemakaian berulang)
v  Sering menaikkan Berat Badan
v  Dapat menyebabkan (tidak pada semua akseptor) sakit kepala, nyeri payudara, "moodiness", jerawat, kurangnya libido seksual, rambut rontok.
v  Perlu suntikan ulangan teratur
v  Perlu follow up (kontrol/kunjungan berkala) untuk evaluasi

Secara UMUM, kebanyakan wanita BOLEH memakai KB suntik, meskipun:
1.            perokok berat
2.            menyusui
3.            gemuk atau kurus
4.            remaja
5.            baru keguguran
6.            Berpenyakit Tiroid
7.            Epilepsi
8.            TBC (bukan TBC kandungan)
9.            Varises ringan
10.        Hipertensi ringan
11.        Siklus haid tidak teratur
12.        Anemi kekurangan zat besi
4)            IUD (intra uterine device, spiral).

Keuntungan dari IUD adalah efek sampingnya terbatas di dalam rahim.
Terdapat 2 macam IUD:
a.       melepaskan progesteron (harus diganti setiap tahun)
b.      melepaskan tembaga (efektif selama 10 tahun).
Biasanya IUD dipasang pada saat menstruasi. Jika kemungkinan terjadi infeksi serviks, masa pemasangan IUD sebaiknya ditunda sampai infeksi mereda.
Cara kerja IUD adalah dengan menyebabkan reaksi peradangan di dalam rahim yang akan menarik datangnya sel-sel darah putih. Zat yang dihasilkan oleh sel darah putih ini merupakan racun bagi sperma sehingga tidak terjadi pembuahan sel telur. Melepaskan IUD akan menyebabkan terhentinya proses peradangan.

Efek samping dari IUD:
*      Perdarahan dan nyeri
*      Kadang IUD terlepas dengan sendirinya (sekitar 20% IUD yang lepas tidak disadari/diketahui oleh pemakainya dan bisa menyebabkan kehamilan)
*      Perforasi rahim
*      Ketika baru dipasang akan terjadi infeksi singkat pada rahim, tetapi infeksi ini akan mereda setelah 24 jam
*      Resiko terjadinya keguguran pada wanita hamil dengan IUD yang masih terpasang adalah sekitar 55%.

Jumat, 16 September 2011

askep kista ovaium

KISTA OVARI

A.      Pengertian

Menurut (Winkjosastro, et. all, 1999) kistoma ovarii merupakan suatu tumor, baik yang kecil maupun yang besar, kistik atau padat, jinak atau ganas. Dalam kehamilan, tumor ovarium yang dijumpai yang paling sering ialah kista   IIIptasi terhadap rasa nyeri.dermoid, kista coklat atau kista lutein. Tumor ovarium yang cukup besar dapat menyebabkan kelainan letak janin dalam rahim atau dapat menghalang-halangi masuknya kepala ke dalam panggul.

B.      Etiologi
Menurut etiologinya, kista ovarium dibagi menjadi dua, yaitu (Ignativicius, Bayne, 1991) :
1.      Kista non neoplasma, disebabkan karena ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron, diantaranya adalah :
1.         Kista non fungsional
Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan epitelium yang berkurang di dalam kortek.
2.         Kista fungsional
-        Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi ruptur atau folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler diantara siklus menstruasi. Banyak terjadi pada wanita yang menarche kurang dari 12 tahun.
-        Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi progesteron setelah ovulasi.
-        Kista tuka lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG terdapat pada mola hidatidosa.
-        Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH yang menyebabkan hiperstimulasi ovarium.

2.      Kista neoplasma (Wiknjosastro, et.all, 1999)
  1. Kistoma ovarii simpleks. Adalah suatu jenis kistadenoma serosum yang kehilangan epitel kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista.
  2. Kistadenoma ovarii musinosum. Asal kista ini belum pasti, mungkin berasal dari suatu teratoma yang pertumbuhannya satu elemen mengalahkan elemen yang lain.
  3. Kistadenoma ovarii serosum. Berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal ovarium).
  4. Kista endometroid. Belum diketahui penyebabnya dan tidak ada hubungannya dengan endometrioid.
  5. Kista dermoid. Tumor berasal dari sel telur melalui proses patogenesis.

C.      Patofisiologi
1.      Kista non neoplasma (Ignativicius, Bayne, 1991 )
1.      Kista non fungsional
Kista serosa inklusi, di dalam kortek yang dalam timbul invaginasi dari permukaan epitelium yang berkurang. Biasanya tunggal atau multiple, berbentuk variabel dan terbatas pada cuboidal yang tipis, endometri atau epitelium tuba. Berukuran 1 cm sampai beberapa cm.
2.      Kista fungsional
1).       Kista folikel. Kista dibentuk ketika folikel yang matang menjadi ruptur atau folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler diantara siklus menstruasi. Bila ruptur menyebabkan nyeri akut pada pelvis. Evaluasi lebih lanjut dengan USG atau laparaskopi. Operasi dilakukan pada wanita sebelum pubertal, setelah menopause atau kista lebih dari 8 cm.
2).       Kista korpus luteum. Terjadi setelah ovulasi dikarenakan meningkatnya hormon progesteron. Ditandai dengan keterlambatan menstruasi atau menstruasi yang panjang, nyeri abdomen bawah atau pelvis. Jika ruptur pendarahan intraperitonial, terapinya adalah operasi oovorektomi.
3).       Kista tuka lutein. Ditemui pada kehamilan mola, terjadi pada 50 % dari semua kehamilan. Dibentuk sebagai hasil lamanya slimulasi ovarium dari berlebihnya HCG. Tindakannya adalah mengangkat mola.
4).       Kista Stein Laventhal. Disebabkan kadar LH yang berlebihan menyebabkan hiperstimulasi dari ovarium dengan produksi kista yang banyak. Hiperplasia endometrium atau koriokarsinoma dapat terjadi. Pengobatan dengan kontrasepsi oral untuk menekan produksi LH dan oovorektomi.
2.      Kish neoplasma jinak (Wiknjosastro, et.all, 1999)
1.      Kistoma ovarii simplek. Kista ini bertangkai dan dapat menyebabkan torsi (putaran tangkai). Di duga kista ini adalah jenis kistadenoma serosum yang kehilangan kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista. Tindakannya adalah pengangkatan kista dengan reseksi ovarium.
2.      Kistadenoma ovarii musinosum. Asal tumor belum diketahui secara pasti, namun diduga berasal dari teratoma yang pertumbuhan satu elemen mengalahkan elemen yang lain, atau berasal dari epitel germinativum.
3.      Kistadenoma ovarii serosum. Berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal ovarium). Bila kista terdapat implantasi pada peritonium disertai asites maka harus dianggap sebagai neoplasma yang ganas, dan 30% sampai 35% akan mengalami keganasan.
4.      Kista endometroid. Kista biasanya unilateral dengan permukaan licin, pada dinding dalam terdapat satu lapisan sel-sel yang menyerupai lapisan epitel endometrium.
5.      Kista dermoid. Adalah suatu teratoma kistik yang jinak dimana struktur­struktur ektoderma dengan diferensiasi sempurna seperti epitel kulit, rambut, gigi dan produk glandula sebasea putih menyerupai lemak nampak lebih menonjol dari pada elemen-elemen ektoderm dan mesoderm. Tumor berasal dari sel telur melalui proses patogenesis.


D.      Gambaran Klinis Kistadenoma Oovarii Serosum
Mayoritas penderita tumor ovarium tidak menunjukkan adanya gejala sampai periode waktu tertentu. Hal ini disebabkan perjalanan penyakit ovarium berlangsung secara tersembunyi sehingga diagnosis sering ditemukan pada waktu pasien dalam keadaan stadium lanjut. Sampai pada waktunya klien mengeluh adanya ketidakteraturan menstruasi, nyeri pada perut bawah, rasa sebah pada perut, dan timbul benjolan pada perut.
Pada umumnya kista jenis ini tak mempunyai ukuran yang amat besar dibandingkan dengan kistadenoma musinosum. Permukaan tumor biasanya licin, akan tetapi dapat pula berbagala karena kista ovariumpun dapat berbentuk multilokuler, meskipun lazimnya berongga satu. Warna kista putih keabu-abuan. Ciri khas kista ini adalah potensi pertumbuhan kapiler ke dalam rongga kista sebesar 50 %; dan keluar pada permukaan kista sebesar 5 %. Isi kista cair kuning dan kadang-kadang coklat karena campuran darah. Tidak jarang kistanya sendiri kecil, tetapi permukaannya penuh dengan pertumbuhan papiler (solid papiloma).

E.      Proses Penyembuhan Luka
Tanpa memandang bentuk, proses penyembuhan luka adalah sama, perbedaan terjadi menurut waktu pada tlap-tiap fase penyembuhan dan waktu granulasi jaringan. (Long, 1996), fase-fase penyembuhan luka antara lain :
1.      Fase I
Pada fase ini leukosit mencerna bakteri dan jaringan rusak, terbentuk fibrin yang bertumpuk mengisi luka dari benang fibrin. Lapisan tipis dari sel epitel bermigrasi lewat luka dan membantu menutupi luka. Kekuatan luka rendah tapi luka dijahit akan menahan jahitan dengan baik. Setelah besar pasien akan merasa sakit pada fase ini dan berlangsung selama 3 hari.
2.      Fase II
Berlangsung 3 sampai 14 hari setelah bedah, leukosit mulai menghilang dan ceruk mulai berisi kolagen serabut protein putih. Semua lapisan sel epitel beregenerasi dalam 1 minggu, jaringan ikat kemerahan karena banyak pembuluh darah. Tumpukan kolagen akan menunjang luka dengan baik dalam 6 sampai 7 hari, jadi jahitan diangkat pada fase ini, tergantung pada tempat dan luasnya bedah.
3.      Fase III
Kolagen terus tertumpuk, hal ini menekan pembuluh darah baru dan arus darah menurun. Luka sekarang terlihat seperti berwarna merah jambu yang luas, terjadi pada minggu ke dua hingga enam post bedah, pasien harus menjaga agar tidak menggunakan otot yang terkena.
4.      Fase IV
Berlangsung beberapa bulan setelah bedah, pasien akan mengeluh gatal di seputar luka, walau kolagen terus menimbun, pada waktu ini luka menciut dan menjadi tegang. Bila luka dekat persendian akan terjadi kontraktur karena penciutan luka akan terjadi ceruk yang berlapis putih.

F.       Pemeriksaan Penunjang
1.      Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan silat-sifat tumor itu.
2.      Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
3.      Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam tumor. Penggunaan foto rontgen pada pictogram intravena dan pemasukan bubur barium dalam colon disebut di atas.
4.      Parasentesis
Telah disebut bahwa fungsi pada asites berguna menentukan sebab asites. Perlu diingatkan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan cavum peritonei dengan kista bila dinding kista tertusuk. (Wiknjosastro, et.all, 1999)
G.      Penatalaksanaan
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung tumor. Akan tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi, perlu dilakukan pengangkatan ovarium, bisanya disertai dengan pengangkatan tuba (Salpingo-oovorektomi). (Wiknjosastro, et.all, 1999)
Asuhan post operatif merupakan hal yang berat karena keadaan yang mencakup keputusan untuk melakukan operasi, seperti hemorargi atau infeksi. Pengkajian dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda vital, asupan dan keluaran, rasa sakit dan insisi. Terapi intravena, antibiotik dan analgesik biasanya diresepkan. Intervensi mencakup tindakan pemberiaan rasa aman, perhatian terhadap eliminasi, penurunan rasa sakit dan pemenuhan kebutuhan emosional Ibu. (Hlamylton, 1995).
Efek anestesi umum. Mempengaruhi keadaan umum penderita, karena kesadaran menurun. Selain itu juga diperlukan monitor terhadap keseimbangan cairan dan elektrolit, suara nafas dan usaha pernafasan, tanda-tanda infeksi saluran kemih, drainese urin dan perdarahan. Perawat juga harus mengajarkan bagaimana aktifitas pasien di rumah setelah pemulangan, berkendaraan mobil dianjurkan setelah satu minggu di rumah, tetapi tidak boleh mengendarai atau menyetir untuk 3-4 minggu, hindarkan mengangkat benda-benda yang berat karena aktifitas ini dapat menyebabkan kongesti darah di daerah pelvis, aktifitas seksual sebaiknya dalam 4-6 minggu setelah operasi, kontrol untuk evaluasi medis pasca bedah sesuai anjuran. (Long, 1996)

II.      PROSES KEPERAWATAN
1.      Pengkajian
Yaitu suatu kegiatan mengumpulkan dan mengorganisasikan data yang dikumpulkan dari berbagai sumber dan merupakan dasar untuk tindakan dan keputusan yang diambil pada tahap-tahap selanjutnya. Adapun pengkajiannya meliputi :

a.    Biodata
Meliputi identitas pasien, identitas penanggung jawab dan identitas masuk.
b.    Riwayat kesehatan, meliputi keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga dan riwayat sosial ekonomi.
c.    Status Obstetrikus, meliputi :
1).       Menstruasi : menarche, lama, siklus, jumlah, warna dan bau
2).       Riwayat perkawinan : berapa kali menikah, usia perkawinan
3).       Riwayat persalinan
4).       Riwayat KB
d.   Pengkajian pasca operasi rutin, menurut (Ingram, Barbara, 1999)
1).       Kaji tingkat kesadaran
2).       Ukur tanda-tanda vital
3).       Auskultasi bunyi nafas
4).       Kaji turgor kulit
5).       Pengkajian abdomen
-     Inspeksi ukuran dan kontur abdomen
-     Auskultasi bising usus
-     Palpasi terhadap nyeri tekan dan massa
-     Tanyakan tentang perubahan pola defekasi
-     Kaji status balutan
6).       Kaji terhadap nyeri atau mual
7).       Kaji status alat intrusif
8).       Palpasi nadi pedalis secara bilateral
9).       Evaluasi kembajinya reflek gag
10).   Periksa laporan operasi terhadap tipe anestesi yang diberikan dan lamanya waktu di bawah anestesi.
11).   Kaji status psikologis pasien setelah operasi
e.    Data penunjang
1).       pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan darah lengkap (NB, HT, SDP)
2).       terapi : terapi yang diberikan pada post operasi baik injeksi maupun peroral

2.      Diagnosa Keperawatan Dan Fokus Intervensi
a.    Resiko tinggi aspirasi berhubungan dengan penurunan kesadaran (Carpenito, 2001)
Tujuan : Tidak terjadi aspirasi yang berhubungan dengan penurunan kesadaran.
Kriteria hasil : Tidak mengalami aspirasi, pasien dapat mengungkapkan tindakan untuk menghindari aspirasi.
Intervensi :
1).    Pertahankan posisi baring miring jika tidak ada kontra indikasi karena cidera.
2).    Kaji posisi lidah, pastikan bahwa lidah tidak (jatuh kebelakang, menyumbat jalan nafas).
3).    Jaga bagian kepala tempat tidur tetap tinggi, jika tidak ada kontra indikasi.
4).    Bersihkan sekresi dari mulut dan tenggorok dengan tissu atau penghisap dengan perlahan-lahan.
5).    Kaji kembali dengan sering adanya obstruksi benda-benda dalam mulut dan tenggorok.

b.    Resiko injuri berhubungan dengan penurunan kesadaran (Carpenito, 1995)
Tujuan : Tidak terjadi injuri yang berhubungan dengan penurunan kesadaran.
Kriteria hasil : GCS normal (E4, V5, M6)
Intervensi :
1).     Gunakan tempat tidur yang rendah dengan pagar pengaman yang terpasang.
2).     Jauhkan benda-benda yang dapat melukai pasien dan anjurkan keluarga untuk menemani pasien.

c.    Gangguan rasa nyaman : nyeri abdomen berhubungan dengan insisi pada abdomen (Long,1996)
Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi
Kriteria hasil : skala nyeri 0, pasien mengungkapkan berkurangnya rasa nyeri, tanda-tanda vital normal.
Intervensi :
1).    Jelaskan penyebab nyeri pada pasien.
2).    Kaji skala nyeri pasien.
3).    Ajarkan tehnik distraksi selama nyeri.
4).    Berikan individu kesempatan untuk istirahat yang cukup.
5).    Berikan individu pereda rasa sakit yang optimal dengan analgesik sesuai program dokter.
6).    30 menit setclah pemberian obat pengurang rasa sakit, evaluasi kembali efektifitasnya.

d.   Resiko infeksi berhubungan dengan invasi kuman sekunder terhadap pembedahan (Carpenito, 1995)
Tujuan : Tidak terjadi infeksi.
Kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda infeksi (TTV normal, tidak ada peningkatan leukosit).
Intervensi :
1).       Kaji tanda-tanda infeksi dan monitor TTV
2).       Gunakan tehnik antiseptik dalam merawat pasien
3).       Isolasikan dan instruksikan individu dan keluarga untuk mencuci tangan sebelum mendekati pasien
4).       Tingkatkan asupan makanan yang bergizi           
5).       Berikan terapi antibiotik sesuai program dokter


e.    Resiko konstipasi berhubungan dengan pembedahan abdominal (Doenges, 2000)
Tujuan : Tidak terjadi konstipasi
Kriteria hasil : Peristaltik usus normal (5-35 kali per menit), pasien akan menunjukkan pola climinasi biasanya.
Intervensi :
1).       Monitor peristaltik usus, karakteristik feses dan frekuensinya
2).       Dorong pemasukan cairan adekuat, termasuk sari buah bila pemasukan peroral dimulai.
3).       Bantu pasien untuk duduk pada tepi tempat tidur dan berjalan.

f.     Gangguan pemenuhan kebutuhan diri (mandi, makan, minum, bak, bab berpakaian) berhubungan dengan keletihan pasca operatif dan nyeri (Carpenito,2001)
Tujuan : Kebersihan diri pasien terpenuhi
Kriteria hasil : Pasien dapat berpartisipasi secara fisik Imaupun verbal dalam aktifitas pemenuhan kebutuhan dirinya
Intervensi :
1).       Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaa4i tentang kurangnya kemampuan perawatan diri dan berikan bantun dalam mernenuhi kebutuhan pasien.
2).       Berikan pujian alas kemampuan pasien dan mclibatkan keluarga dalam perawatan pasien.

g.    Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi (Doenges, 2000)
Tujuan : Pasien mengetahui tentang efek sawing dari operasinya.
Kriteria hasil : Pasien menyatakan memahami tentang kondisinya.
Intervensi :
1).       Tinjau ulang efek prosedur pembedahan dan harapan pada masa dating.
2).       Diskusikan dengan lengkap masalah yang diantisipasi selama masa penyembuhan.
3).       Diskusikan melakukan kembali aktifitas
4).       Identifikasi keterbatasan individu
5).       Kaji anjuran untuk memulai koitus seksual
6).       Identifikasi kebutuhan diet
7).       Dorong minum obat yang diberikan secara rutin
8).       Identifikasi tanda atau gejala yang memerlukan evaluasi medis. 


 patway